17 November 2025 - 20:44
Source: Parstoday
Eskalasi Persaingan Nuklir AS Dibumbui Tuduhan terhadap Iran

Pengulangan kembali sikap Donald Trump mengenai dimulainya kembali uji coba bom nuklir oleh Amerika Serikat terjadi pada saat bersamaan dengan pengumuman terbaru Prancis tentang pengoperasian sebuah rudal nuklir baru.

Menurut laporan FNA, tampaknya Donald Trump dalam klaimnya mengenai pelaksanaan uji coba bom nuklir benar-benar serius. Ia yang pada akhir Oktober untuk pertama kalinya mengumumkan perintahnya terkait dimulainya kembali uji coba bom nuklir, kembali menegaskan dalam percakapan dengan para wartawan bahwa Amerika Serikat bermaksud melakukan uji coba bom nuklir. Ia bahkan mengulang pernyataan sebelumnya bahwa “negara-negara lain juga melakukannya”.

Meskipun Trump dalam pernyataannya yang terbaru tidak menyebutkan nama negara mana pun, ia sebelumnya secara khusus menyebut Rusia, Cina, Korea Utara, dan Pakistan sebagai negara-negara yang menurutnya secara rahasia tengah melakukan uji coba nuklir bawah tanah, dan menekankan bahwa Amerika Serikat tidak seharusnya tertinggal dari mereka.

Dimulainya Uji Coba Nuklir Setelah 3 Dekade

Amerika Serikat, dari tahun 1945 hingga 1992, telah melakukan lebih dari seribu uji coba nuklir dan dengan demikian memiliki pengalaman teknis paling luas dibandingkan para pesaingnya seperti Uni Soviet. Namun sejak tahun itu hingga kini, Amerika tidak lagi melakukan uji coba nuklir.

Di luar wilayah Amerika Serikat, sejak tahun 1998 hingga saat ini, kecuali Korea Utara, tidak ada negara lain yang melakukan uji coba nuklir. Karena itu, pernyataan Trump mengenai uji coba bawah tanah senjata nuklir dapat dipandang sebagai dimulainya kembali putaran baru perlombaan nuklir di dunia.

Trump sejauh ini sudah dua kali mengulangi pernyataannya mengenai dimulainya uji coba nuklir, seolah ingin menunjukkan bahwa ia serius dalam hal ini. Pada saat yang sama, laporan mengenai uji coba bom nuklir bukan senjata oleh Amerika Serikat juga telah muncul.

Kantor berita TASS pada hari Sabtu (15/11/2025), mengutip pernyataan “Laboratorium Nasional Sandia” yang berada di bawah Departemen Energi AS, menulis bahwa Amerika Serikat pada pertengahan musim panas lalu telah melakukan uji coba yang berhasil terhadap bom nuklir bukan senjata (B61-12). Uji coba ini, meskipun telah berlalu lebih dari dua bulan sejak pelaksanaannya, baru-baru ini dipublikasikan.

Berita mengenai uji coba bom nuklir tak bersenjata (tanpa hulu ledak) oleh Amerika Serikat ini muncul pada saat Marco Rubio, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, juga baru-baru ini menyatakan bahwa “uji coba tersebut mencakup sistem rudal pembawa senjata nuklir”.

Uji Coba Rudal Nuklir Jarak Menengah oleh Prancis

Setelah Donald Trump mengemukakan kemungkinan dimulainya uji coba bom nuklir oleh Amerika Serikat tidak lama lagi, pernyataan itu telah memicu berbagai reaksi di seluruh dunia.

Vladimir Putin, Presiden Rusia mengumkan bahwa Moskow hanya akan melanjutkan uji coba nuklirnya jika Amerika Serikat melakukan hal yang sama. Cina juga menolak pernyataan Trump dan meminta Washington untuk tetap mematuhi komitmen internasional terkait pelucutan senjata dan non-proliferasi nuklir. Pakistan juga menegaskan bahwa negaranya tidak akan menjadi pihak yang memulai uji coba senjata nuklir.

Terlepas dari reaksi negara-negara yang dituduh Trump melakukan uji coba nuklir secara sembunyi-sembunyi, sebagian negara sekutu Barat Amerika Serikat seperti Prancis kini juga tengah bersiap melaksanakan uji coba rudal yang memiliki kemampuan membawa hulu ledak nuklir.

Pada 12 November, situs resmi Kementerian Pertahanan Prancis mengumumkan bahwa rudal udara-ke-permukaan jarak menengah A SMPA-R, versi yang telah ditingkatkan dan didesain ulang dari model sebelumnya, telah berhasil diuji coba.

Yang menonjol dari pengumuman ini adalah pengakuan Prancis bahwa ini merupakan uji coba kedua untuk jenis rudal berkemampuan nuklir, menunjukkan sejauh mana keseriusan negara ini dalam memperkuat kapasitas persenjataan nuklirnya.

Perlombaan Nuklir di Tengah Tuduhan terhadap Iran

Amerika Serikat, pada saat bersiap memicu babak baru perlombaan senjata nuklir melalui uji coba bawah tanah bom atom, selama lebih dari dua dekade telah menekan Iran dengan dalih memiliki aktivitas nuklir damai. Amerika Serikat juga secara langsung telah membombardir fasilitas-fasilitas nuklir negara kita.

Berdasarkan perkiraan tahun 2025, Rusia dengan 5.880 hulu ledak nuklir dan Amerika Serikat dengan 5.044 hulu ledak, memiliki gudang senjata nuklir terbesar di dunia. Selain itu, diperkirakan Israel memiliki 90 hulu ledak nuklir.

Amerika Serikat memegang berbagai rekor terkait bom atom dan senjata nuklir. Negara ini melakukan uji coba bom atom pertama di dunia pada tahun 1945, dan satu bulan kemudian menghancurkan dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, dengan bom atom.

Negara ini selama 47 tahun berikutnya lebih dari seribu kali (1.032 kali) melakukan uji coba nuklir, dan dari sisi ini merupakan negara paling berpengalaman di antara negara-negara bersenjata nuklir, serta setiap kali melakukan uji coba, telah menimbulkan kerusakan serius terhadap lingkungan.

Amerika Serikat, yang selama bertahun-tahun berdiam diri terhadap senjata nuklir Israel dan hanya dalam dua tahun Perang Gaza telah memberikan 21 milyar dolar bantuan militer kepada Israel, selama bertahun-tahun juga menekan rakyat negara kita melalui sanksi-sanksi sekundernya.

Sayid Abbas Araghchi, Menteri Luar Negeri Iran, setelah perintah Trump mengenai dimulainya uji coba nuklir, menyatakan, “tidak ada keraguan bahwa Amerika Serikat merupakan faktor paling berbahaya dalam penyebaran senjata nuklir di dunia" dan menulis, Arogansi yang sama justru menggambarkan program nuklir damai Iran sebagai sesuatu yang berbahaya dan mengancam akan melakukan serangan-serangan lebih lanjut terhadap fasilitas nuklir Iran yang berada di bawah perjanjian Pengaman.”(sl)

Your Comment

You are replying to: .
captcha